Title : The eye of a scammer
Cast:
- Taeyong
- Jaehyun
- hansol
- Ten
- Mark
- Jisung
- Aku as you
Genre: sad, drama
Author: Kira
01:10 ㅡ 13°C 331MB ㅡ Berawan.
Kalimat tersebut tertera di jam otomatis milikku.
Malam yang amat tenang dan sunyi. Dengan udara yang bertempratur dingin. Aku tertidur di bawah selimutku yang cukup tebal.
Tak biasanya aku tertidur pulas saat jam menunjukkan 01:10. Biasanya aku akan terbangun setiap jam menunjukkan 01:10.
Jam terus berjalan hingga jam menunjukkan 01:23
Suara derum mesin motor memecah keheningan. Aku sangat terusik akan itu.
"(Y/n)!!!!!!!" Teriak Hansol, dari kamarnya.
Suara gaduh membuatku kaget dan takut.
Terdengar di telingaku suara kakakkuㅡHansol berteriak.
"JANGAN KAU MACAM MACAM DENGAN ADIKKU!!!"
"Bag!! Bug!!" Suara pukulan terdengar berkali-kali.
"Arkh!" Suaranya merintih.
Tanpa takut aku membanting selimutku lalu berlari keluar kamarku menuju kamar Hansol.
Aku melihat kakakku sedang di tahan oleh beberapa orang memakai baju serba hitam dan topeng aneh, dan seorang ber-jaket hitam memakai masker sedang mengangkat sebuah senjata api tepat di hadapan Hansol.
Aku ingin berteriak namun tak bisa. Aku ingin berlari namun tubuhku membatu.
"(Y/n)!!!!! Cepat pergi sekarang juga!!!" Teriak Hansol sambil meronta.
Aku hanya terdiam membatu karena ketakutan.
"(Y/n)!!! CEPAT PERGI BODOH!"
Aku memaksa kaki-ku untuk berlari menuju pintu. Aku melewati lorong-lorong rumahku yang gelap sembari menangis. Hanya cahaya rembulan yang menemaniku berlari.
Aku hampir meraih pintu namun suara tembakan terdengar di telingaku.
"Kakak?!"
Aku menoleh ke belakang dan kembali untuk mencari Hansol.
Di depan pintu kamarnya, darah menggenang. Aku masuk dan melihat kakakku yang sudah terbaring berlumur darah. Aku berlari dan memeluknya erat.
Orang-orang berbaju hitam itu hanya menatapku dingin. Aku hanya dapat melihat mata seseorang yang sedang memegang pistol di tangannya. Ia menatapku penuh dendam. Diangkatnya pistol itu dari tangannya dan di arahkan padaku. Ia menembakkan pelurunya tepat di hadapanku.
Semuanya terlihat seperti slow-motion. Peluru itu hampir mengenai ku.
Aku terbangun dari mimpiku dengan nafas ter-engah-engah dan keringat yang bercucuran. Kejadian setahun lalu terulang lagi dalam mimpiku. Aku menangis memeluk boneka ku.
Ten masuk ke kamarku dengan panik.
"(Y/n)?? Kenapa??"
Dia berlari memelukku erat. Semenjak Hansol meninggal, aku hanya tinggal dengan sepupukuㅡTen. Ibuku meninggal saat aku berumur dua tahun karena kanker yang di derita nya. Ayahku dan Hansol meninggal karena terbunuh. Semenjak itu, Ten selalu menemaniku dan menjagaku namun tak setiap hari.
"Tenanglah (y/n). Aku akan menjagamu"
"(Y/n), bukankah hari ini kau akan pergi menjelajah dengan sekolahmu? Cepatlah mandi, aku akan membuat roti sandwich untukmu"
Ten tersenyum dan pergi meninggalkanku.
Setelah aku mempersiapkan semuanya, aku pergi bersama teman-teman sekolah ku menuju hutan yang dituju.
Di perjalanan aku hanya mendengarkan ocehan dan ledekkan teman-temanku. Mereka meledekku karena aku tidak mempunyai orang tua lagi. Telingaku terasa sangat panas.
Amarahku ingin sekali keluar namun aku berusaha menahannya. 'Aku yang lain' selalu berusaha menenangkan hatiku.
Aku dibawa oleh Ten pada psikologi karena sifatku menjadi sangat tertutup dan pemurung. Ia sangat khawatir padaku.
Di sekolah aku hanya menjadi bahan bully. Aku tak mempunyai teman. Aku hanya berteman dengan 'diriku yang lain'
Selama bertahun-tahun aku merasa seperti orang gila. Aku seringkali berbicara dengan 'diriku sendiri'. Aku dapat merasakan apa yang tidak dirasakan oleh orang lain. Aku dapat melihat apa yang tak orang lain lihat. Aku melampiaskannya pada seni. Terutama lagu, aku sangat suka lagu. Lagu menjadi pelampiasan kekesalanku pada semua orang. Aku benci semua orang kecuali kakakku.
Aku seringkali menangis karena semua orang selalu menyalahkankku, melukaiku, menganggapku pembohong karena sifatku yang berbeda ini.
Aku selalu dianggap sebagai anak pembawa sial.
Saat kami sampai dan mulai menjelajah, sebuah ranting pohon tua yang besar jatuh hampir mengenai temanku, Jisung. Aku sudah memberitahunya namun ia hanya menganggap itu lelucon. Lelucon yang menjadi kenyataan. Aku tertawa namun 'diriku yang lain' ketakutan.
Semua orang menatapku penuh rasa benci dan guru memarahiku. Aku merasa terpojok.
Kami melanjutkan menjelajah. Teman-temanku menyuruhku pergi mencari bunga yang harus diberikan pada guru. Ketika mencarinya, mereka meninggalkan aku sendirian dengan petunjuk jalan yang mereka ubah.
Aku sendirian tersesat di dalam hutan. Aku ketakutan dan menangis.
Aku melihat seekor anjing yang lucu menghampiriku. Aku menghapus air mataku dan berlari mengejar anjing itu. Anjing itu membawaku ke dalam hutan. Ia masuk ke dalam bangkai pesawat yang sudah keropos. Aku memasukinya tanpa takut.
Aku kebingungan. Mengapa di bangkai pesawat ini terlihat seperti sebuah rumah yang rapi walaupun besi-nya sudah berkarat. Pesawat itu terlihat bersekat-sekat membentuk sebuah ruangan. Aku terus mencari anjing itu, aku melihat ia masuk ke sebuah ruangan.
Aku berjalan menuju ruangan itu. Namun, cahaya lampu menyala dari ruangan itu dan seseorang berjalan keluar.
"TAEYOOOONG!!!! KENAPA ADA ANAK KECIL DISINI?!!!" Jaehyun berteriak.
"Anak kecil??" Taeyong mematikan kompor dan berlari.
Jaehyun menunjukku. Mereka berdua menatapku aneh dan kaget.
Aku ketakutan dan berusaha berlari keluar namun aku terjatuh.
"Hei gadis kecil, tunggu"
Jaehyun menghampiriku yang sedang bergemetar ketakutan.
"Kau kenapa bisa berada disini hm?"
"A a aku tersesat"
Anjing itu berlari keluar dan melompat ke tubuhku. Aku memeluknya dan tersenyum.
"Apa kau menyukai anjing nya??" Tanya Jaehyun.
AKu mengangguk dan Jaehyun-pun tersenyum.
"Jaehyun! Cepat ajak anak itu pergi"
"Kau jahat sekali. Kasihan dia. Hei Taeyong, dia menyukai Ruby"
"Bawa dia keluar!"
"Hei gadis manis, ayo kita makan bersama" ajak Jaehyun lembut.
"Hei ajak dia keluar! Bukannya malah ajak dia makan!"
"Sudah gadis kecil, kau jangan dengarkan omongannya. Kita makan saja ya, ada udang lho~ apa kau menyukai udang??"
"Aku suka"
Taeyong menepuk keningnya dan menghela nafas. Ia menatap mereka pasrah dicampur kesal.
Kami makan bersama di dalam pesawat.
"Hei, namamu siapa?" Tanya Jaehyun
"Aku (y/n)"
"Kenapa kau bisa berada disini?? Disini kan hutan"
"Hei Jaehyun, setelah makan kau bawa dia pergi!" Ujar Taeyong sambil menyuap makanan dengan wajah datar.
"Heleh, iya nanti"
"Aku tadi tersesat saat mencari jejak"
"Gadis manis tidak boleh bermain di hutan"
"Setelah ini kau harus pergi dan jangan kesini lagi. Disini berbahaya. Lagipula orang tuamu akan mencarimu"
Aku menunduk dan berhenti makan.
"Taeyong kau jangan seperti itu"
"Anak kecil itu seperti kucing, sekalinya ia diberi makanan kesukaannya dan merasa nyaman ia akan kembali lagi tau!"
"Taeyong!"
"Aku sudah tidak punya orang tua ataupun kakak" ujarku murung.
"Orang tuaku dan kakakku sudah meninggal"
Taeyong dan Jaehyun kaget tak percaya. Aku terus teringat akan semua kejadian yang menimpa keluargaku.
"Aku turut berduka cita. Aku mau menjadi orang tuamu kok" ujar Jaehyun sambil tersenyum.
"Benarkah??"
"Iya"
"Jaehyun kau bodoh"
"sudahlah, makanlah dulu"
Selesai makan aku mendengarkan anekdot dari Jaehyun. Namun, setelah itu Taeyong menyuruhku pulang dengan menunjukku arah pulang.
Aku pulang dengan sedikit kesal. Namun aku mengumpat di semak-semak karena aku tidak ingin pergi. Aku melihat mereka keluar menuju belakang pesawat itu dengan memakai sebuah topeng.
Aku mengikuti mereka karena penasaran. Aku melihat mereka masuk ke dalam sebuah lorong semacam gua kemudian aku mengikutinya. Aku berjalan ditengah kegelapan, aku takut. Aku tersesat karena aku tak dapat melihat apapun. Aku terus berlari hingga aku melihat jalan keluar. Aku tak percaya. Ini adalah jalan menuju sebuah kota rahasia.
Seseorang bertopeng menepuk pundakku.
"Anak kecil kenapa ada disini?"
Aku takut dan berlari menjauh kembali ke dekat pintu keluar. Disana semua orang memakai topeng. Seseorang bertopeng menarikku. Namun aku ingat, itu adalah topeng yang dipakai Jaehyun.
"Kenapa kau bisa ada disini?"
"Maaf"
"Sudah kubilang kan Jae. Dia pasti mengikuti kita"
"Kalau begini, dia sudah terlanjur masuk ke dunia ini"
Jaehyun memelukku untuk membuatku tenang.
"Aku bersamamu. Jangan takut"
"TY!" Seseorang menyaut Taeyong.
Mengapa mereka memanggil Jaehyun dan Taeyong dengan sebutan aneh?
"Ahahaha apa itu pacar kalian? Dia masih kecil ya. Ternyata kalian merebutkan anak SD ya"
"Dasar bodoh! Aku bukan pedofil!" Taeyong memukulnya.
"Hei gadis manis mengapa kau tidak memakai topeng? Apa kau tidak malu?"
"Dia baru saja masuk sini, dia tidak tahu N City"
"Aaaah~ selamat datang di N City. Aku Mark" ia mengulurkan tangannya dan tersenyum.
"Pakailah ini" Taeyong memberikan sebuah topeng.
Setelah aku mengetahui N City, setiap hari aku selalu mengunjungi N City. Aku nyaman berada di dunia ini. Dunia rahasia yang tak semua orang tahu dan mengerti. Saat pertama kali aku berada di sini aku tahu kalau N City ini ada banyak sekali orang yang jahat. Segala kejahatan ada di N City. Namun aku tak takut selama ada Taeyong dan Jaehyun disini. Sifat kebanyakan orang berbeda antara kehidupan aslinya dan di N City. Bahkan Taeyong berubah menjadi orang yang banyak berbicara.
Selama bertahun-tahun aku berada disini. Aku nyaman disini. Pertama kali aku masuk aku berumur 10 tahun hingga kini aku berumur 15 tahun.
Taeyong menceritakan semua pengalamannya disini padaku. Ia sangat baik hati padaku walaupun semua orang di dunia ataupun N City menganggapnya hanyalah sampah masyarakat pembuat kekacauan. Namun di mataku, Taeyong adalah orang yang baik.
Dia menjadi kakakku selama di N City.
Suatu hari Taeyong membuat kekacauan di N City. Semua orang menjadi benci Taeyong bahkan termasuk Jaehyun.
Aku berusaha bertanya padanya mengapa dia membuat kekacauan dengan sengaja.
"Aku benci semua orang. Jangan pernah kau dekati aku lagi. Semua orang tak akan pernah mempercayaiku lagi"
"Aku percaya padamu"
"Sampah!"
"Kalau kau pergi siapa yang akan menjagaku?"
"Kau jangan mengandalkan orang lain untuk menjagamu. Karena sampai kapanpun orang-orang tidak bisa melindungimu untuk selama-lamanya. Lindungi dirimu sendiri, jangan tunggu orang lain untuk melindungimu. Karena itu adalah takdirmu"
Aku tak percaya Taeyong dapat berbicara seperti itu padaku. 'Aku yang lain' benar-benar marah dan menguasaiku. Aku kembali menjadi gadis yang tertutup dan pemurung.
Taeyong pergi dari N City dan menghilang.
Aku mencari Taeyong dengan mengandalkan perasaanku dan penglihatanku. Namun ia tak dapat terlacak olehku. Ini aneh.
Semua orang bertanya padaku mengapa aku masih saja membela orang yang salah.
Hingga beredar kabar bahwa Taeyong akan bunuh diri. Aku sangat tidak percaya itu sama sekali. Aku terus berusaha mencarinya walaupun itu sia-sia. Ternyata benar. Taeyong akan membunuh dirinya sendiri. 'Diriku yang lain' memberitahuku.
Tapi semua orang menganggap itu adalah suatu kebohongan.
Aku berlari menuju pantai mengikuti petunjuk dari 'diriku yang lain'.
Ia berada di atas tebing menghadap ke laut. Ia menatap sendu langit yang kelabu.
"Jaehyun, maafkan aku, aku memanglah seorang pendosa"
"(Y/n) maafkan aku, aku tak dapat melindungi mu."
"Taeyong!!!"
Aku berlari hingga aku berada tepat di belakangnya.
"Oppa"
"Jangan sebut aku dengan sebutan itu!"
"Kumohon jangan melompat"
Tetesan air mata berjatuhan dari mataku dan Taeyong.
Dia mengepalkan tangannya dan menangis.
"Aku sudah tidak tahan untuk hidup. Aku benci semua orang bahkan aku benci diriku sendiri"
"Mengapa kau menbenci dirimu sendiri?"
"Aku telah membunuh Ayahku dan saudaraku sendiri! Aku telah banyak membunuh orang! Semua rasa bersalah itu terus menghantui aku!"
"Lupakan itu. Kau seharusnya merubah dirimu menjadi lebih baik"
"Aku telah membunuh ayahmu dan kakak mu!!"
Aku terdiam tak percaya. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Ia mengambil masker hitam dari kantungnya dan memakainya. Ia menoleh dan menunjukkannya padaku. Aku melihat mata seorang penipu yang membunuh kakakku. Aku tak percaya kalau orang yang sangat aku sayangi membunuh orang yang sangat berharga bagi hidupku.
"Aku membunuh kakakmu karena ia berusaha menguak kejahatanku tentang penipuan dan pembunuhan"
"Dan aku membunuh ayahmu karena ia seenaknya melukai ibuku lalu meninggalkannya sendirian bersamaku lalu menikah lagi dengan perempuan lain. Yaitu ibumu!"
"Ayahmu adalah ayahku juga! Kakakmu adalah kakakku juga!"
Ia menatapku tajam dengan mata yang memerah. Aku menangis tak percaya akan semuanya.
"Aku membenci semua orang karena mereka mengetahui kejahatanku"
"Aku benci diriku sendiri karena aku telah membunuh keluargaku sendiri dan aku menyukai adikku sendiri!!!"
"Aku mencintaimu (y/n) tapi aku tidak bisa. Karena kau adikku sendiri"
"Tadinya aku akan membunuhmu juga. Tapi ayah, kakak, dan ibumu ada dalam dirimu. Itu yang menyebabkan dirimu berubah-ubah. Itu bukanlah dirimu yang lain, namun itu adalah mereka! Aku tak dapat membunuh mereka lagi. Mereka ada dalam dirimu"
"Kumohon jangan tinggalkan aku. Aku tidak mau kehilangan keluargaku lagi. Aku menyayangimu"
"Benci aku. Jangan pernah sayangi aku. Tolong penjarakan semua kejahatanku. Setiap hari aku hanya ingin mati. Aku tak sanggup menanggung semua dosaku"
"Tidak, jangan bunuh dirimu sendiri"
"Karena kau, aku dapat menjadi diriku sendiri. Aku telah kehilangan arah hidupku. Kau memberiku arah dan kau membuat hidupku menjadi lebih baik, Taeyong"
Ia terdiam menunduk dan mengepalkan tangannya.
"Maafkan aku. Tak peduli sebetapa aku sembunyikan dan tutupi, aku telah mengubur rasa bersalahku dalam-dalam namun ini enggan berlalu. Maka menangislah."
Air mataku terus berjatuhan. Semakin deras air mataku jatuh.
"Kini semakin dalam dan semakin dalam, rasa itu semakin dalam.
Ini bagai pecahan kaca yang tak bisa kembali utuh seperti semula. Hidupku hancur. Setiap hari, sakit hatiku semakin dalam"
"Kalau kau terus mencintaiku, kau yang akan menerima hukuman atas dosaku, bukan aku. Maka bencilah diriku dan sebutlah aku pengecut. Setidaknya itu akan mengurangi bebanku"
"Tidak, aku menyayangimu"
"Kalau begitu. Biarkan aku yang mendapat hukuman. Tolong maafkan dosaku padamu. Jebal"
"Aku mencintaimu, (y/n)"
Ia berlari dan melompat menuju laut. Aku berteriak dan tubuhku melemas tak dapat mengejarnya. Aku telah kehilangan semua orang yang aku sayangi di umurku yang masih sangat muda ini. Aku tak percaya pada semuanya. Bahkan sekarang aku menjadi membenci diriku sendiri. Dosa-dosa Taeyong terus menghantuiku sehingga aku terus merasa bersalah karena aku tak dapat membawa Taeyong ke kehidupan yang lebih baik. Angin menerpa tubuhku. Aku berharap angin dapat membawa pergi kesedihanku juga.
"Taeyong oppa, aku mencintaimu."
Cast:
- Taeyong
- Jaehyun
- hansol
- Ten
- Mark
- Jisung
- Aku as you
Genre: sad, drama
Author: Kira
01:10 ㅡ 13°C 331MB ㅡ Berawan.
Kalimat tersebut tertera di jam otomatis milikku.
Malam yang amat tenang dan sunyi. Dengan udara yang bertempratur dingin. Aku tertidur di bawah selimutku yang cukup tebal.
Tak biasanya aku tertidur pulas saat jam menunjukkan 01:10. Biasanya aku akan terbangun setiap jam menunjukkan 01:10.
Jam terus berjalan hingga jam menunjukkan 01:23
Suara derum mesin motor memecah keheningan. Aku sangat terusik akan itu.
"(Y/n)!!!!!!!" Teriak Hansol, dari kamarnya.
Suara gaduh membuatku kaget dan takut.
Terdengar di telingaku suara kakakkuㅡHansol berteriak.
"JANGAN KAU MACAM MACAM DENGAN ADIKKU!!!"
"Bag!! Bug!!" Suara pukulan terdengar berkali-kali.
"Arkh!" Suaranya merintih.
Tanpa takut aku membanting selimutku lalu berlari keluar kamarku menuju kamar Hansol.
Aku melihat kakakku sedang di tahan oleh beberapa orang memakai baju serba hitam dan topeng aneh, dan seorang ber-jaket hitam memakai masker sedang mengangkat sebuah senjata api tepat di hadapan Hansol.
Aku ingin berteriak namun tak bisa. Aku ingin berlari namun tubuhku membatu.
"(Y/n)!!!!! Cepat pergi sekarang juga!!!" Teriak Hansol sambil meronta.
Aku hanya terdiam membatu karena ketakutan.
"(Y/n)!!! CEPAT PERGI BODOH!"
Aku memaksa kaki-ku untuk berlari menuju pintu. Aku melewati lorong-lorong rumahku yang gelap sembari menangis. Hanya cahaya rembulan yang menemaniku berlari.
Aku hampir meraih pintu namun suara tembakan terdengar di telingaku.
"Kakak?!"
Aku menoleh ke belakang dan kembali untuk mencari Hansol.
Di depan pintu kamarnya, darah menggenang. Aku masuk dan melihat kakakku yang sudah terbaring berlumur darah. Aku berlari dan memeluknya erat.
Orang-orang berbaju hitam itu hanya menatapku dingin. Aku hanya dapat melihat mata seseorang yang sedang memegang pistol di tangannya. Ia menatapku penuh dendam. Diangkatnya pistol itu dari tangannya dan di arahkan padaku. Ia menembakkan pelurunya tepat di hadapanku.
Semuanya terlihat seperti slow-motion. Peluru itu hampir mengenai ku.
Aku terbangun dari mimpiku dengan nafas ter-engah-engah dan keringat yang bercucuran. Kejadian setahun lalu terulang lagi dalam mimpiku. Aku menangis memeluk boneka ku.
Ten masuk ke kamarku dengan panik.
"(Y/n)?? Kenapa??"
Dia berlari memelukku erat. Semenjak Hansol meninggal, aku hanya tinggal dengan sepupukuㅡTen. Ibuku meninggal saat aku berumur dua tahun karena kanker yang di derita nya. Ayahku dan Hansol meninggal karena terbunuh. Semenjak itu, Ten selalu menemaniku dan menjagaku namun tak setiap hari.
"Tenanglah (y/n). Aku akan menjagamu"
"(Y/n), bukankah hari ini kau akan pergi menjelajah dengan sekolahmu? Cepatlah mandi, aku akan membuat roti sandwich untukmu"
Ten tersenyum dan pergi meninggalkanku.
Setelah aku mempersiapkan semuanya, aku pergi bersama teman-teman sekolah ku menuju hutan yang dituju.
Di perjalanan aku hanya mendengarkan ocehan dan ledekkan teman-temanku. Mereka meledekku karena aku tidak mempunyai orang tua lagi. Telingaku terasa sangat panas.
Amarahku ingin sekali keluar namun aku berusaha menahannya. 'Aku yang lain' selalu berusaha menenangkan hatiku.
Aku dibawa oleh Ten pada psikologi karena sifatku menjadi sangat tertutup dan pemurung. Ia sangat khawatir padaku.
Di sekolah aku hanya menjadi bahan bully. Aku tak mempunyai teman. Aku hanya berteman dengan 'diriku yang lain'
Selama bertahun-tahun aku merasa seperti orang gila. Aku seringkali berbicara dengan 'diriku sendiri'. Aku dapat merasakan apa yang tidak dirasakan oleh orang lain. Aku dapat melihat apa yang tak orang lain lihat. Aku melampiaskannya pada seni. Terutama lagu, aku sangat suka lagu. Lagu menjadi pelampiasan kekesalanku pada semua orang. Aku benci semua orang kecuali kakakku.
Aku seringkali menangis karena semua orang selalu menyalahkankku, melukaiku, menganggapku pembohong karena sifatku yang berbeda ini.
Aku selalu dianggap sebagai anak pembawa sial.
Saat kami sampai dan mulai menjelajah, sebuah ranting pohon tua yang besar jatuh hampir mengenai temanku, Jisung. Aku sudah memberitahunya namun ia hanya menganggap itu lelucon. Lelucon yang menjadi kenyataan. Aku tertawa namun 'diriku yang lain' ketakutan.
Semua orang menatapku penuh rasa benci dan guru memarahiku. Aku merasa terpojok.
Kami melanjutkan menjelajah. Teman-temanku menyuruhku pergi mencari bunga yang harus diberikan pada guru. Ketika mencarinya, mereka meninggalkan aku sendirian dengan petunjuk jalan yang mereka ubah.
Aku sendirian tersesat di dalam hutan. Aku ketakutan dan menangis.
Aku melihat seekor anjing yang lucu menghampiriku. Aku menghapus air mataku dan berlari mengejar anjing itu. Anjing itu membawaku ke dalam hutan. Ia masuk ke dalam bangkai pesawat yang sudah keropos. Aku memasukinya tanpa takut.
Aku kebingungan. Mengapa di bangkai pesawat ini terlihat seperti sebuah rumah yang rapi walaupun besi-nya sudah berkarat. Pesawat itu terlihat bersekat-sekat membentuk sebuah ruangan. Aku terus mencari anjing itu, aku melihat ia masuk ke sebuah ruangan.
Aku berjalan menuju ruangan itu. Namun, cahaya lampu menyala dari ruangan itu dan seseorang berjalan keluar.
"TAEYOOOONG!!!! KENAPA ADA ANAK KECIL DISINI?!!!" Jaehyun berteriak.
"Anak kecil??" Taeyong mematikan kompor dan berlari.
Jaehyun menunjukku. Mereka berdua menatapku aneh dan kaget.
Aku ketakutan dan berusaha berlari keluar namun aku terjatuh.
"Hei gadis kecil, tunggu"
Jaehyun menghampiriku yang sedang bergemetar ketakutan.
"Kau kenapa bisa berada disini hm?"
"A a aku tersesat"
Anjing itu berlari keluar dan melompat ke tubuhku. Aku memeluknya dan tersenyum.
"Apa kau menyukai anjing nya??" Tanya Jaehyun.
AKu mengangguk dan Jaehyun-pun tersenyum.
"Jaehyun! Cepat ajak anak itu pergi"
"Kau jahat sekali. Kasihan dia. Hei Taeyong, dia menyukai Ruby"
"Bawa dia keluar!"
"Hei gadis manis, ayo kita makan bersama" ajak Jaehyun lembut.
"Hei ajak dia keluar! Bukannya malah ajak dia makan!"
"Sudah gadis kecil, kau jangan dengarkan omongannya. Kita makan saja ya, ada udang lho~ apa kau menyukai udang??"
"Aku suka"
Taeyong menepuk keningnya dan menghela nafas. Ia menatap mereka pasrah dicampur kesal.
Kami makan bersama di dalam pesawat.
"Hei, namamu siapa?" Tanya Jaehyun
"Aku (y/n)"
"Kenapa kau bisa berada disini?? Disini kan hutan"
"Hei Jaehyun, setelah makan kau bawa dia pergi!" Ujar Taeyong sambil menyuap makanan dengan wajah datar.
"Heleh, iya nanti"
"Aku tadi tersesat saat mencari jejak"
"Gadis manis tidak boleh bermain di hutan"
"Setelah ini kau harus pergi dan jangan kesini lagi. Disini berbahaya. Lagipula orang tuamu akan mencarimu"
Aku menunduk dan berhenti makan.
"Taeyong kau jangan seperti itu"
"Anak kecil itu seperti kucing, sekalinya ia diberi makanan kesukaannya dan merasa nyaman ia akan kembali lagi tau!"
"Taeyong!"
"Aku sudah tidak punya orang tua ataupun kakak" ujarku murung.
"Orang tuaku dan kakakku sudah meninggal"
Taeyong dan Jaehyun kaget tak percaya. Aku terus teringat akan semua kejadian yang menimpa keluargaku.
"Aku turut berduka cita. Aku mau menjadi orang tuamu kok" ujar Jaehyun sambil tersenyum.
"Benarkah??"
"Iya"
"Jaehyun kau bodoh"
"sudahlah, makanlah dulu"
Selesai makan aku mendengarkan anekdot dari Jaehyun. Namun, setelah itu Taeyong menyuruhku pulang dengan menunjukku arah pulang.
Aku pulang dengan sedikit kesal. Namun aku mengumpat di semak-semak karena aku tidak ingin pergi. Aku melihat mereka keluar menuju belakang pesawat itu dengan memakai sebuah topeng.
Aku mengikuti mereka karena penasaran. Aku melihat mereka masuk ke dalam sebuah lorong semacam gua kemudian aku mengikutinya. Aku berjalan ditengah kegelapan, aku takut. Aku tersesat karena aku tak dapat melihat apapun. Aku terus berlari hingga aku melihat jalan keluar. Aku tak percaya. Ini adalah jalan menuju sebuah kota rahasia.
Seseorang bertopeng menepuk pundakku.
"Anak kecil kenapa ada disini?"
Aku takut dan berlari menjauh kembali ke dekat pintu keluar. Disana semua orang memakai topeng. Seseorang bertopeng menarikku. Namun aku ingat, itu adalah topeng yang dipakai Jaehyun.
"Kenapa kau bisa ada disini?"
"Maaf"
"Sudah kubilang kan Jae. Dia pasti mengikuti kita"
"Kalau begini, dia sudah terlanjur masuk ke dunia ini"
Jaehyun memelukku untuk membuatku tenang.
"Aku bersamamu. Jangan takut"
"TY!" Seseorang menyaut Taeyong.
Mengapa mereka memanggil Jaehyun dan Taeyong dengan sebutan aneh?
"Ahahaha apa itu pacar kalian? Dia masih kecil ya. Ternyata kalian merebutkan anak SD ya"
"Dasar bodoh! Aku bukan pedofil!" Taeyong memukulnya.
"Hei gadis manis mengapa kau tidak memakai topeng? Apa kau tidak malu?"
"Dia baru saja masuk sini, dia tidak tahu N City"
"Aaaah~ selamat datang di N City. Aku Mark" ia mengulurkan tangannya dan tersenyum.
"Pakailah ini" Taeyong memberikan sebuah topeng.
Setelah aku mengetahui N City, setiap hari aku selalu mengunjungi N City. Aku nyaman berada di dunia ini. Dunia rahasia yang tak semua orang tahu dan mengerti. Saat pertama kali aku berada di sini aku tahu kalau N City ini ada banyak sekali orang yang jahat. Segala kejahatan ada di N City. Namun aku tak takut selama ada Taeyong dan Jaehyun disini. Sifat kebanyakan orang berbeda antara kehidupan aslinya dan di N City. Bahkan Taeyong berubah menjadi orang yang banyak berbicara.
Selama bertahun-tahun aku berada disini. Aku nyaman disini. Pertama kali aku masuk aku berumur 10 tahun hingga kini aku berumur 15 tahun.
Taeyong menceritakan semua pengalamannya disini padaku. Ia sangat baik hati padaku walaupun semua orang di dunia ataupun N City menganggapnya hanyalah sampah masyarakat pembuat kekacauan. Namun di mataku, Taeyong adalah orang yang baik.
Dia menjadi kakakku selama di N City.
Suatu hari Taeyong membuat kekacauan di N City. Semua orang menjadi benci Taeyong bahkan termasuk Jaehyun.
Aku berusaha bertanya padanya mengapa dia membuat kekacauan dengan sengaja.
"Aku benci semua orang. Jangan pernah kau dekati aku lagi. Semua orang tak akan pernah mempercayaiku lagi"
"Aku percaya padamu"
"Sampah!"
"Kalau kau pergi siapa yang akan menjagaku?"
"Kau jangan mengandalkan orang lain untuk menjagamu. Karena sampai kapanpun orang-orang tidak bisa melindungimu untuk selama-lamanya. Lindungi dirimu sendiri, jangan tunggu orang lain untuk melindungimu. Karena itu adalah takdirmu"
Aku tak percaya Taeyong dapat berbicara seperti itu padaku. 'Aku yang lain' benar-benar marah dan menguasaiku. Aku kembali menjadi gadis yang tertutup dan pemurung.
Taeyong pergi dari N City dan menghilang.
Aku mencari Taeyong dengan mengandalkan perasaanku dan penglihatanku. Namun ia tak dapat terlacak olehku. Ini aneh.
Semua orang bertanya padaku mengapa aku masih saja membela orang yang salah.
Hingga beredar kabar bahwa Taeyong akan bunuh diri. Aku sangat tidak percaya itu sama sekali. Aku terus berusaha mencarinya walaupun itu sia-sia. Ternyata benar. Taeyong akan membunuh dirinya sendiri. 'Diriku yang lain' memberitahuku.
Tapi semua orang menganggap itu adalah suatu kebohongan.
Aku berlari menuju pantai mengikuti petunjuk dari 'diriku yang lain'.
Ia berada di atas tebing menghadap ke laut. Ia menatap sendu langit yang kelabu.
"Jaehyun, maafkan aku, aku memanglah seorang pendosa"
"(Y/n) maafkan aku, aku tak dapat melindungi mu."
"Taeyong!!!"
Aku berlari hingga aku berada tepat di belakangnya.
"Oppa"
"Jangan sebut aku dengan sebutan itu!"
"Kumohon jangan melompat"
Tetesan air mata berjatuhan dari mataku dan Taeyong.
Dia mengepalkan tangannya dan menangis.
"Aku sudah tidak tahan untuk hidup. Aku benci semua orang bahkan aku benci diriku sendiri"
"Mengapa kau menbenci dirimu sendiri?"
"Aku telah membunuh Ayahku dan saudaraku sendiri! Aku telah banyak membunuh orang! Semua rasa bersalah itu terus menghantui aku!"
"Lupakan itu. Kau seharusnya merubah dirimu menjadi lebih baik"
"Aku telah membunuh ayahmu dan kakak mu!!"
Aku terdiam tak percaya. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Ia mengambil masker hitam dari kantungnya dan memakainya. Ia menoleh dan menunjukkannya padaku. Aku melihat mata seorang penipu yang membunuh kakakku. Aku tak percaya kalau orang yang sangat aku sayangi membunuh orang yang sangat berharga bagi hidupku.
"Aku membunuh kakakmu karena ia berusaha menguak kejahatanku tentang penipuan dan pembunuhan"
"Dan aku membunuh ayahmu karena ia seenaknya melukai ibuku lalu meninggalkannya sendirian bersamaku lalu menikah lagi dengan perempuan lain. Yaitu ibumu!"
"Ayahmu adalah ayahku juga! Kakakmu adalah kakakku juga!"
Ia menatapku tajam dengan mata yang memerah. Aku menangis tak percaya akan semuanya.
"Aku membenci semua orang karena mereka mengetahui kejahatanku"
"Aku benci diriku sendiri karena aku telah membunuh keluargaku sendiri dan aku menyukai adikku sendiri!!!"
"Aku mencintaimu (y/n) tapi aku tidak bisa. Karena kau adikku sendiri"
"Tadinya aku akan membunuhmu juga. Tapi ayah, kakak, dan ibumu ada dalam dirimu. Itu yang menyebabkan dirimu berubah-ubah. Itu bukanlah dirimu yang lain, namun itu adalah mereka! Aku tak dapat membunuh mereka lagi. Mereka ada dalam dirimu"
"Kumohon jangan tinggalkan aku. Aku tidak mau kehilangan keluargaku lagi. Aku menyayangimu"
"Benci aku. Jangan pernah sayangi aku. Tolong penjarakan semua kejahatanku. Setiap hari aku hanya ingin mati. Aku tak sanggup menanggung semua dosaku"
"Tidak, jangan bunuh dirimu sendiri"
"Karena kau, aku dapat menjadi diriku sendiri. Aku telah kehilangan arah hidupku. Kau memberiku arah dan kau membuat hidupku menjadi lebih baik, Taeyong"
Ia terdiam menunduk dan mengepalkan tangannya.
"Maafkan aku. Tak peduli sebetapa aku sembunyikan dan tutupi, aku telah mengubur rasa bersalahku dalam-dalam namun ini enggan berlalu. Maka menangislah."
Air mataku terus berjatuhan. Semakin deras air mataku jatuh.
"Kini semakin dalam dan semakin dalam, rasa itu semakin dalam.
Ini bagai pecahan kaca yang tak bisa kembali utuh seperti semula. Hidupku hancur. Setiap hari, sakit hatiku semakin dalam"
"Kalau kau terus mencintaiku, kau yang akan menerima hukuman atas dosaku, bukan aku. Maka bencilah diriku dan sebutlah aku pengecut. Setidaknya itu akan mengurangi bebanku"
"Tidak, aku menyayangimu"
"Kalau begitu. Biarkan aku yang mendapat hukuman. Tolong maafkan dosaku padamu. Jebal"
"Aku mencintaimu, (y/n)"
Ia berlari dan melompat menuju laut. Aku berteriak dan tubuhku melemas tak dapat mengejarnya. Aku telah kehilangan semua orang yang aku sayangi di umurku yang masih sangat muda ini. Aku tak percaya pada semuanya. Bahkan sekarang aku menjadi membenci diriku sendiri. Dosa-dosa Taeyong terus menghantuiku sehingga aku terus merasa bersalah karena aku tak dapat membawa Taeyong ke kehidupan yang lebih baik. Angin menerpa tubuhku. Aku berharap angin dapat membawa pergi kesedihanku juga.
"Taeyong oppa, aku mencintaimu."